Tips Memupuk Tanaman Buah
Pemupukan
telah menjadi salah satu kegiatan rutin yang harus dilakukan dalam merawat
tanaman buah. Sayangnya banyak di antara petani/hobiis yang keliru melakukan
pemupukan, sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Bagaimanapun suburnya tanah, jika ditanami
terus-menerus tanpa ditambahi pupuk atau bahan-bahan mineral, lama kelamaan
ketersediaan zat hara dalam tanah akan habis terkuras untuk pertumbuhan
tanaman. Akibatnya tanaman akan menjadi kurus dan produksinya sangat rendah. Karena
itulah kegiatan pemupukan menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya
tanaman. Apalagi pemupukan tidak semata-mata ditujukan untuk menyediakan bahan
makanan yang lebih banyak bagi tanaman, tetapi secara tak langsung juga
mempengaruhi struktur dan produktivitas tanah.
Perlu
analisis tanah
Sampai saat
ini tidak ada rumus yang ‘ces-pleng’ dalam hal memberikan pupuk. Sebab,
data-data yang diperlukan untuk membuat anjuran pemupukan jarang dikumpulkan.
Terutama data tentang status unsur hara di dalam tanah dan respon tanaman di
suatu daerah terhadap pemupukan. Apalagi seperti diketahui respon setiap
tanaman berbeda menurut jenis maupun umurnya.
Jika ingin
mendapatkan hasil yang lebih layak dari kegiatan pemupukan, memang sebaiknya
dilakukan analisis tanah untuk menentukan jenis, sifat-sifat, dan perkiraan
tingkat kesuburan tanah. Hasilnya dapat dijadikan pedoman dasar untuk
menduga
kebutuhan zat hara wilayah tersebut. Masalahnya sekarang, masyarakat kita
terutama pekebun skala kecil maupun hobiis tidak terbiasa melakukan analisis
tanah sebelum memulai usahanya.
Memang
tanpa analisis tanah terlebih dahulu, kegiatan pemupukan dapat saja dilakukan.
Sebab tampaknya kita telah ‘hafal’ jenis pupuk yang umum dan perlu dipakai.
Biasanya pupuk yang kita berikan terbatas pada pupuk kandang atau kompos untuk
memperbaiki struktur tanah, serta pupuk anorganik seperti urea (sumber
nitrogen), TSP (sumber fosfor), atau KCI (sumber kalium) untuk pertumbuhan
tanaman. Padahal selain unsur-unsur itu, tanaman juga masih membutuhkan
unsur-unsur kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S), serta unsur-unsur
mikro besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), boron (B), dan
molibdenum (Mo).
Setiap
tempat memiliki sifat tanah yang berbeda, dengan kandungan unsur yang berbeda pula,
baik jenis maupun dosisnya. Tanpa analisis tanah, dosis pupuk yang diberikan
pun hanyalah ‘dosis rata-rata’. Cara ini sebenarnya juga merugikan, sebab bisa
terjadi ‘konsumsi mewah’ oleh tanaman. Artinya unsur diasimilasi oleh tanaman
melebihi jumlah yang diperlukan tanpa memberi manfaat fisiologis yang lebih
baik.
Perhatikan
dosis dan waktu pemupukan
Patokan yang
aman untuk memupuk adalah dengan melihat fungsi masing-masing unsur terhadap
tanaman. Nitrogen misalnya, berfungsi merangsang pertumbuhan daun, batang, dan
bagian lain dari tanaman. Fosfor berfungsi merangsang pertumbuhan akar-akar
baru, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah, serta memperkokoh
tegaknya batang. Sedangkan kalium penting untuk bahan penguat, mempertinggi
tanaman, menunjang asimilasi tanaman, pembentukan bunga dan buah, serta
pembentukan jaringan penguat tangkai daun dan buah.
Mengingat
fungsi masing-masing unsur tersebut, dianjurkan memberikan unsur N yang lebih
banyak dibanding unsur P dan K untuk pertumbuhan batang dan daun. Misalnya
dengan perbandingan N : P : K = 3 : 1 : 2. Untuk pertumbuhan bunga dan buah,
sebaiknya pemberian unsur hara P dan K diperbanyak. Misalnya N : P : K = 1 : 4
: 3.
Saat yang
tepat untuk pemberian pupuk anorganik adalah pada musim hujan agar
efektivitasnya terjamin. Sedangkan pupuk kandang lebih cocok diberikan pada
musim kemarau untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi lebih ringan.
Jangan
tersentuh bagian tanaman
Jumlah
pupuk yang diberikan tidak dapat ditentukan jumlahnya menurut umur, tetapi
tergantung diameter tajuk pohonnya. Frekuensi pemupukan pun sangat tergantung
dari jenis pupuk yang diberikan. Apabila sifatnya slow release, maka
untuk jangka waktu 3, 6, 9, atau 12 bulan tidak perlu dipupuk lagi.
Untuk
tanaman muda, sebaiknya pupuk dilarutkan dalam air dengan dosis 2 gram/liter
air kemudian disiramkan ke sekeliling lingkungan akar. Sedangkan untuk tanaman
remaja dan dewasa, pupuk dapat dibenamkan di bawah lingkar tajuk tanaman pada
kedalaman 10 cm di bawah permukaan tanah. Caranya, buatkan parit kecil selebar
cangkul dan sedalam 10 cm di bawah lingkar luar tajuk. Parit bisa berbentuk
lingkaran sempurna, lingkaran putus-putus, atau lubang-lubang di tempat
tertentu saja. Setelah itu pupuk ditaburkan dalam lubang sampai merata namun
tidak sampai menumpuk, lalu ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan pada
tempat-tempat tertentu di bagian bawah
tajuk biasanya dilakukan jika pertumbuhan tanaman tampak tidak seimbang. Perlu
diingat bahwa pemberian pupuk jangan sampai menyentuh bagian batang utama,
sebab akan menyebabkan tanaman terbakar dan mati.
Aplikasi
pupuk daun
Selain
dengan pupuk-pupuk di atas, bisa juga ditambahkan pupuk daun untuk meningkatkan
kesuburan tanaman dan merangsang pembungaan. Namun hal itu tidak akan berarti
banyak, bahkan dapat merugikan jika pemakaiannya salah atau fisiologis tanaman
yang akan diperlakukan tidak diketahui. Tanaman tidak tumbuh subur, melainkan
menjadi layu, bunganya rontok, atau malah mati. Tanaman yang sedang berbunga
misalnya, justru akan rontok bunganya jika disemprot pupuk daun. Di samping itu
pupuk daun relatif mahal, karena formulasinya dibuat khusus agar dapat diserap
oleh jaringan daun yang halus dan tidak membakarnya. Beberapa jenis juga
dilengkapi zat perekat agar tidak mudah luntur tersiram hujan.
Pupuk daun
harus dilarutkan dalam air sebelum diaplikasikan. Untuk membuat larutannya kita
perlu memperhatikan petunjuk pada labelnya agar tidak merugikan. Kita pun harus
mengetahui betul jumlah larutan yang diperlukan bagi tiap jenis tanaman agar
dosis per tanamannya tidak berlebihan atupun kekurangan.
Penyemprotan
tidak boleh dilakukan pada malam hari, pada waktu panas terik, atau sesaat
menjelang hujan. Waktu yang tepat adalah pada pagi hari sampai pukul 9.00, atau
sore hari setelah pukul 16.00 sampai hari gelap, namun tidak pada saat mendung.
Penyemprotan sebaiknya menggunakan nosel yang cukup halus, namun tidak halus
sekali agar tidak keluar sebagai mist (kabut). Letak sprayer
nosel jangan terlalu dekat tanaman agar pendistribusian pupuk bisa merata.
Penyemprotan tidak boleh dilakukan berulang-ulang di tempat yang sama,
melainkan dihentikan saja setelah daun tanaman tampak basah. Sisa semprotan sprayer
disiramkan saja ke tanah dekat tanaman, jangan disemprotkan lagi ke daun
tanaman yang telah disemprot. Dengan cara itu tanaman bisa tumbuh baik seperti
yang diharapkan.***
Untuk lebih detail dan pemesanan tumbuhan bisa dilihat di kebunbibit.id
Untuk lebih detail dan pemesanan tumbuhan bisa dilihat di kebunbibit.id
Tips Memupuk Tanaman Buah
Reviewed by Unknown
on
10.28
Rating:
Tidak ada komentar: